Presiden Kassym-Jomart Tokayev, 67, sebelumnya pernah berjanji untuk mendorong reformasi politik secara berkala di Kazakhstan usai berakhirnya masa jabatan Nursultan Nazarbayev pada awal 2019.
Namun Nazarbayev tetap memegang posisi kuat, termasuk kepemimpinan di partai Nur Otan yang menguasai dewan perwakilan rakyat Kazakhstan.
Baca: Presiden Mundur, Ibu Kota Kazakhstan Ganti Nama
Partai Nur Otan diyakini akan meraih mayoritas suara dibanding empat partai lainnya, yang dipandang sejumlah pihak hanya merupakan proksi.
Satu-satunya partai yang melabeli diri sebagai oposisi, Partai Demokratik Sosial Nasional (NSDP), memutuskan tidak mengikuti pemilu. NSDP mengatakan langkah boikot ini merupakan bentuk "protes" terhadap sistem pemilu Kazakhstan yang dinilai dipenuhi kecurangan.
Kazakhstan, negara pecahan Uni Soviet, selama ini belum pernah menggelar pemilu yang dianggap bebas dan adil oleh pengawas internasional.
Sebagian warga ibu kota Nur-Sultan mengaku tidak akan mengikutin pemilu kali ini. Alasan mereka beragam, mulai dari cuaca dingin hingga minimnya alternatif pilihan selain Nur Otan.
"Saya akan memilih jika petugas membawa surat suaranya ke rumah sakit," kata Sonya Sartayeva, seorang pensiunan. Ia mengaku tidak bisa keluar karena rendahnya temperatur udara di area terbuka.
Ia menambahkan, melonjaknya jumlah kasus virus korona (covid-19), yang naik hingga lebih dari 161 ribu menjelang pemilu, turut menambah kekhawatiran.
(WIL)