Dilansir dari laman stuff.co.nz pada Minggu, 7 Maret 2021, stimulus tersebut diloloskan di menit-menit akhir dan telah dikembalikan ke Dewan Perwakilan Rakyat AS, untuk kemudian ditandatangani Presiden Joe Biden paling cepat pekan depan.
Walau mayoritas warga AS akan tetap mendapat USD1.400 per orang, Biden ingin memperluas bantuan tersebut kepada masyarakat yang memang berhak menerimanya.
Baca: Yellen Terus Dorong Paket Stimulus USD1,9 Triliun Diloloskan Kongres
Pada akhirnya, Partai Demokrat dan Republik di level Senat menyepakati bahwa bantuan tunggal diberikan kepada individu dengan penghasilan tahunan di bawah USD75 ribu, dan bantuan gabungan untuk mereka yang berpenghasilan di bawah USD150 ribu per tahun.
Terdapat perubahan yang dipicu diloloskannya paket stimulus ini, yakni pengurangan angka bantuan federal bagi pengangguran dari sebelumnya USD400 menjadi USD300 per pekan.
Amandemen ini dibutuhkan setelah upaya meloloskan stimulus selalu dihentikan Senator Joe Manchin asal West Virginia. Ia mendukung amandemen karena merasa jika pengangguran diberi dana bantuan yang terlalu besar, maka mereka tidak akan termotivasi untuk bekerja.
"Kami ingin orang-orang kembali bekerja. Kami kesulitan mendorong orang untuk kembali bekerja demi menjalankan roda perekonomian," tutur Manchin.
"Merupakan hal buruk jika pintu (lapangan pekerjaan) dibuka tapi tidak ada yang bekerja," lanjut dia.
Paket stimulus RP27 ribu triliun ini tidak mendapat satu pun suara dukungan dari Republik. Stimulus berhasil lolos karena Senator Republik Dan Sullivan asal Alaska tidak hadir karena adanya kematian dalam keluarga.
Meski kelompok konservatif tidak mendukung stimulus Biden, sebuah survei dari Vox menunjukkan hampir separuh masyarakat pendukung Republik ingin agar paket stimulus segera diloloskan walau angkanya tidak sesuai harapan mereka.
(WIL)