Nasrallah, yang gerakannya yang didukung Iran melakukan perang satu bulan dengan Israel pada 2006, mengeluarkan peringatan pertama kepada musuhnya setelah bertahun-tahun.
Baca juga: Hizbullah Klaim Tembak Dua Drone Israel.
Hizbullah, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan Amerika Serikat, adalah aktor politik utama di Lebanon. Selama ini Hezbullah adalah pendukung utama pemerintah di Suriah yang dilanda perang.
Baik Hizbullah dan Israel telah meningkatkan retorika agresif mereka dalam beberapa bulan terakhir. "Kami berada di tahap baru," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip AFP, Senin, 26 Agustus 2019.
“Serangan ‘bunuh diri drone’ dimaksudkan untuk target tertentu dan merupakan perkembangan yang sangat, sangat, sangat berbahaya. Segala sesuatu yang mungkin akan dilakukan untuk mencegah hal ini terulang,” imbuh Nasrallah.
Komentar Nasrallah juga mengikuti serangan semalam yang diklaim oleh Israel bahwa mereka mengatakan membunuh dua pejuang Hizbullah Lebanon di Suriah.
Jatuhnya pesawat tak berawak Israel menurut Nasrallah menandai "pelanggaran pertama yang jelas, besar, berbahaya, dari aturan keterlibatan yang dibuat pada 2006" setelah berakhirnya konflik dengan Israel.
Dia mengatakan itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri perang 33 hari, yang menewaskan 1.200 orang di Libanon, sebagian besar warga sipil, dan 160 di Israel.
"Kami tidak akan membiarkan itu kembali, kami tidak akan membiarkan Lebanon dilanggar oleh pengeboman, pembunuhan atau ledakan, atau pelanggaran terhadap kesucian. Ini bagi kami adalah garis merah," tegas Nasrallah.
Meskipun Israel belum mengklaim serangan Beirut, Nasrallah mengatakan itu adalah serangan Israel pertama di Lebanon sejak 2006. Militer Israel menolak mengomentari klaim tersebut.
"Saya katakan kepada tentara Israel di sepanjang perbatasan, mulai malam ini bersiaplah dan tunggu kami. Apa yang terjadi kemarin tidak akan berlalu,” tuturnya.
Berbicara kepada orang Israel, ia berkata: "Jangan hidup, jangan beristirahat, jangan diyakinkan, dan jangan bertaruh untuk sesaat pun bahwa Hizbullah akan mengizinkan agresi semacam ini."
Sebelumnya, Presiden Libanon Michel Aoun, sekutu Hizbullah, mengatakan serangan pesawat tak berawak itu menargetkan "stabilitas dan perdamaian di Libanon dan kawasan".
Perdana Menteri Saad Hariri, yang merupakan salah satu lawan politik paling menonjol kelompok Syiah, mengatakan insiden itu adalah "ancaman bagi stabilitas regional".
(FJR)