Tiga kota besar di Myanmar 'berdarah' akibat kekerasan polisi kepada pedemo. Korban tewas terbanyak di Monywa, wilayah Sagaing, dengan total tujuh orang.
"Yang dapat kami konfirmasikan ada tujuh orang tewas," kata dokter darurat yang menolak disebutkan namanya, dilansir dari Channel News Asia, Rabu, 3 Maret 2021.
Para petugas kesehatan mengatakan melihat sekitar dua orang lainnya ditarik pasukan keamanan. Mereka tidak bisa melihat lebih dekat untuk mengonfirmasi orang yang ditarik itu telah meninggal atau tidak.
Di wilayah lainnya, Mandalay, dua demonstran tewas. Dokter mengonfirmasi seorang pedemo berusia 19 tahun ditembak di kepala.
(Baca: RI Khawatirkan Meningkatnya Jumlah Korban Kekerasan di Myanmar)
Protes juga terjadi di Kota Myingyan. Pasukan keamanan melakukan konfrontasi dengan pedemo di wilayah itu.
"Mereka menembakkan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam," kata relawan medis di lokasi kejadian.
Relawan itu mengungkapkan sekitar 10 orang terluka. Beberapa petugas medis juga mengonfirmasi seorang pemuda tewas karena peluru tajam.
"Zin Ko Ko Zaw, pemuda 20 tahun, tewas di tempat setelah ditembak," ujar anggota tim penyelamat.
Kekerasan pedemo di Myanmar mulai terjadi sejak Sabtu, 27 Februari 2021. Namun, pada Minggu, 28 Februari disebut hari paling berdarah. PBB melaporkan sekitar 18 orang tewas akibat kekerasan polisi.
Pedemo menentang kudeta oleh militer sejak 1 Februari 2021. Militer menggulingkan kepemimpinan sipil Aung San Suu Kyi dan menahannya di tempat yang tidak diketahui.
(REN)