Tingkat keikutsertaan warga turun drastis dari dua referendum sebelumnya. Hingga Minggu siang waktu setempat, hanya 27,8 persen warga Kaledonia Baru yang mengikuti referendum ketiga ini.
 
Dalam referendum sebelumnya di tahun 2020, tingkat partisipasi warga Kaledonia Baru sempat mencapai 49,4 persen.
Seorang warga Kaledonia Baru mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa, "referendum kali ini terasa begitu aneh karena separuh populasi memutuskan tidak menggunakan hak suara mereka."
Cathy, seorang warga Kaledonia Baru, mengatakan kepada AFP bahwa dirinya memutuskan untuk mengikuti referendum demi memenuhi tanggung jawab sebagai masyarakat. "Apa yang menarik bagi saya adalah, seperti apa kehidupan masyarakat yang dapat kami bangun ke depan," ungkapnya.
Kaledonia Baru, salah satu teritori di bawah pemerintahan Prancis, mendapat hak untuk menggelar tiga referendum kemerdekaan di bawah perjanjian tahun 1998. Total populasi Kaledonia Baru berkisar 185 ribu jiwa.
Ditolak berpisah dari Prancis pada 2018 dan 2020, Kaledonia Baru diberi kesempatan terakhir untuk menjadi negara mereka. Pertanyaan dalam referendum kali ini adalah, "Apakah Anda ingin Kaledonia Baru mendapat kedaulatan dan merdeka sepenuhnya?"
Baca: Kaledonia Baru Tetap Bersama Prancis
Memiliki 10 persen dari cadangan nikel dunia, Kaledonia Baru merupakan aset strategis dalam kontes kekuatan antara Barat dan Tiongkok di Indo-Pasifik.
"Jika teritori Prancis ini terlepas, maka Tiongkok akan mencoba membentuk kehadiran permanen di sana," kata seorang analis hubungan internasional, Bastien Vandendyck.
(WIL)