Media pemerintah melaporkan pada Jumat 15 Januari, parade militer itu seperti unjuk kekuatan beberapa hari sebelum pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Parade tersebut menandai kongres Partai Buruh yang berkuasa sekali setiap lima tahun, di mana pemimpin Kim Jong-un mencela AS sebagai ‘musuh utama’ negaranya.
"Senjata paling kuat di dunia, rudal balistik peluncuran kapal selam, memasuki alun-alun satu demi satu, dengan kuat menunjukkan kekuatan angkatan bersenjata revolusioner," kata kantor berita resmi KCNA, seperti dikutip AFP, Jumat 15 Januari 2021.
“Dalam parade ini diperlihatkan roket dengan kemampuan serangan yang kuat untuk memusnahkan musuh secara menyeluruh dengan cara mencegat di luar wilayah,” imbuh KCNA.
"Satuan elit yang agung dan jajaran Republik berpakaian besi yang tak terkalahkan yang dengan bangga akan melewati Alun-Alun Kim Il Sung mewakili kekuatan absolut kami," ucap Menteri Pertahanan Korea Utara Kim Jong Gwan dalam pidato menjelang parade tersebut.
Para pengamat mengatakan Korea Utara menggunakan kongres tersebut untuk mengirim pesan kekuatan kepada pemerintahan Washington yang akan datang dalam upaya untuk mendapatkan konsesi.
Kim Jong-un dan Donald Trump memiliki hubungan yang kacau, keduanya terlibat dalam penghinaan dan ancaman perang bersama sebelum bromance diplomatik yang luar biasa yang menampilkan pertemuan puncak.
Tetapi hanya sedikit kemajuan substantif yang dibuat, dengan prosesnya menemui jalan buntu setelah pertemuan Februari 2019 mereka di Hanoi macet karena pencabutan sanksi dan apa yang bersedia diserahkan oleh Pyongyang sebagai imbalan.
Perubahan kepemimpinan AS menghadirkan tantangan bagi Korea Utara. Biden dikaitkan dengan pendekatan 'kesabaran strategis' pemerintahan Obama dan mencirikan Kim sebagai 'preman' selama debat presiden.
(FJR)