Pergantian dimulai pada awal tahun ketika lebih dari 1.000 dapur meledak di seluruh negeri, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai ratusan lainnya.
Alasannya adalah pemasok ingin memotong biaya dan meningkatkan proporsi propana, yang meningkatkan tekanan ke tingkat yang berbahaya.
Tapi sekarang, gas tidak tersedia atau terlalu mahal bagi kebanyakan orang dari negara berpenduduk 22 juta jiwa itu.
Beberapa mencoba beralih ke kompor minyak tanah, tetapi pemerintah tidak memiliki uang untuk mengimpornya bersama dengan bensin dan solar, yang juga kekurangan pasokan.
Sementara bagi mereka yang membeli kompor listrik akan terkejut ketika pemerintah memberlakukan pemadaman listrik yang lama karena kehabisan dana untuk mengimpor bahan bakar untuk generator.
Pemilik restoran pinggir jalan M G Karunawathi, 67, juga beralih ke kayu dan mengatakan itu adalah pilihan antara menutup usahanya atau bertahan dengan asap dan jelaga.
"Kami menderita (menghirup asap) saat memasak dengan kayu bakar. Tapi kami tidak punya pilihan," kata Karunawathi kepada AFP.
"Juga sulit untuk menemukan kayu bakar dan juga menjadi sangat mahal,” imbuhnya dikutip dari AFP, Rabu 6 Juli 2022.