"Menjunjung tinggi kesetaraan berarti memberikan kondisi yang sama atau peluang bagi semua orang," kata Menlu Retno dalam pidato pembukaan BDF ke-14.
 
Retno menjelaskan, dalam konteks pandemi, ini berarti memberi semua orang kesempatan dan hak yang sama untuk memenangkan pertempuran melawan covid-19. Dalam hal ini, Retno merujuk pada kesetaraan akses vaksin.
Saat ini, ucap Retno, ada 28 vaksin covid-19 yang sudah disetujui untuk digunakan. Seharusnya, vaksin menjadi senjata efektif untuk mengakhiri pandemi dan mempercepat pemulihan.
"Tapi harapan kami untuk pemulihan yang lancar dan berkelanjutan akan bergantung pada kemampuan kami untuk memastikan akses yang sama untuk semua ke vaksin," lanjut dia.
Namun, sangat disayangkan saat ini kesenjangan vaksin global tetap lebar padahal lebih dari 8,2 miliar dosis telah diberikan. Namun, kata Retno, 80 persen dari vaksin tersebut diberikan ke negara-negara G20, dan hanya 0,4 persen ke negara berpenghasilan rendah.
Retno menjelaskan, 64,94 persen orang di negara berpenghasilan tinggi sudah divaksinasi dengan setidaknya satu dosis, dibandingkan dengan 8,06 persen di negara berpenghasilan rendah.
Ia mengatakan, saat ini dunia tidak punya pilihan lain selain mendemokratisasikan distribusi vaksin ke semua negara. "Fokus kuat pada mereka yang belum menerima dosis utama," terang Retno.
Retno dengan tegas mengatakan, di Indonesia semua warga negara memiliki akses yang sama terhadap vaksin, tanpa pandang statusnya.
"Sampai saat ini, kami telah memvaksinasi lebih dari 142 juta orang. Kami berada di jalur tepat untuk memenuhi target vaksinasi 40 persen yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir tahun ini," lanjut dia.
Menurut Retno, untuk mencapai target diperlukan usaha yang sangat besar, dan komitmen kuat yang tidak tergoyahkan. Ia menjelaskan, Indonesia memangkas birokrasi untuk mempermudah akses masyarakat ke vaksin.
Bahkan, di tingkat global, RI berkontribusi pada kesetaraan vaksin, termasuk melalui peran sebagai Co-Chair COVAX AMC Engagement Group.
(FJR)