"Ini adalah masalah sensitif di banyak negara Uni Eropa. Beberapa kebijakan di negara anggota kami berbeda-beda," kata Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, Igor Driesman, dalam jumpa pers virtual, Rabu, 2 Desember 2020.
"Semua tergantung wilayah dan sejauh mana penyebaran virusnya," imbuh dia.
Ia mengatakan bahwa di negara asalnya, Belgia, perayaan Natal dapat tetap dilaksanakan. Namun, ada pembatasan tertentu yang diberlakukan pemerintah untuk mencegah infeksi covid-19.
"Jumlah orang yang dapat diundang ke rumah sangat terbatas," imbuhnya.
Pekan lalu, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, vaksinasi perdana covid-19 kemungkinan akan dilakukan di tengah momen liburan Natal.
Baca: Uni Eropa akan Mulai Vaksinasi Covid-19 Saat Natal
Von der Leyen mendesak warga Eropa untuk tetap menghormati berbagai pembatasan, walau kebijakan tersebut memang merugikan terhadap sektor bisnis dan perekonomian.
Terdapat beberapa negara lain di Eropa yang berencana melonggarkan pembatasan, salah satunya menambah jumlah orang yang hendak bersosialisasi dan mengizinkan orang untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain.
Sebagian negara Eropa lainnya masih menimbang-nimbang untuk menentukan seberapa jauh dapat mengurangi pembatasan covid-19.
Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel ingin semua resor di seluruh Eropa ditutup selama Natal. Namun, Austria dan Swiss tidak siap melakukannya.
Kedua negara itu sangat bergantung pada sektor pariwisata dalam mendulang pendapatan. Austria dan Swiss mengatakan kereta gantung, restoran, dan bar akan tetap beroperasi, tetapi dengan protokol kesehatan yang ketat, terutama memakai masker.
Prancis melonggarkan pemabatan covid-19 secara bertahap menjelang liburan. Setelah 15 Desember, penguncian luas yang berlaku saat ini di Prancis akan dicabut, tetapi jam malam akan tetap diberlakukan antara pukul 21.00 hingga 07.00, kecuali pada Malam Natal dan Malam Tahun Baru.
(WIL)