Dalam kegiatan Ngobras bareng Medcom.id Kamis lalu, Dubes Umar menuturkan ekonomi kreatif adalah salah satu cara meningkatkan kerja sama ekonomi di sektor non-migas.
Salah satu keberhasilannya dalam meningkatkan kerja sama RI-Korsel melalui ekonomi kreatif terlihat dari aktivitas berjualan batik, yang nilainya telah mencapai lebih dari Rp1 miliar. Penjualan tersebut dilakukan secara daring.
Capaian tersebut membuat Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Dubes Umar. Tidak hanya melakukan pendekatan penjualan secara retail, Dubes Umar juga mengupayakan tercapainya penjualan melalui sistem contract sales.
"Sistem kontrak ini maksudnya adalah adanya perusahaan yang membeli batik untuk seragam karyawannya. Atau misalnya di rumah sakit, perawat menggunakan seragam batik," tutur Dubes Umar.
Penjualan batik secara daring ini juga dilakukan karena Dubes Umar prihatin pada para pengrajin dan penghasil batik di Indonesia yang terkena dampak pandemi virus korona (covid-19).
Meski demikian, ia mengakui saat ini sedikit sulit untuk membawa para pengusaha UMKM melakukan penjualan langsung karena terbentur pandemi Covid-19. Dubes Umar mengatakan pihaknya berusaha membantu agar UMKM Indonesia bisa menjual barang-barang mereka ke Korsel melalui sistem daring.
Baca: KBRI Korsel Gelar Pameran 'Hutan Batik' Menyambut Seollal
Mengelola Sumber Daya Manusia
Selain itu, kata dubes Umar, dalam ekonomi kreatif bukan hanya barangnya saja yang penting, tapi juga sumber dayanya yang meliputi talenta. Korsel terkenal dengan K-Pop dan K-Drama yang menurut dubes Umar dilakukan oleh orang-orang yang bertalenta tinggi dan mumpuni di bidangnya.
"Tantangannya, yang harus kita ambil dan pelajari dari Korea ini adalah mendidik, melatih, dan mengelola talenta ini," kata Umar.
Menurutnya, talenta bukan hanya artisnya saja, tapi juga penulis lagu, orang yang bekerja sebagai tata cahaya, tata suara, dan lain sebagainya. Hal ini berlaku di industri lainnya dalam bidang ekonomi kreatif.
Dubes Umar berharap Indonesia dapat mengambil banyak pelajaran dari Korsel atas bidang tersebut. Ia menuturkan, ekonomi kreatif yang berkembang pesat di Negeri Ginseng tidak hanya terjadi dalam sekejap, namun dibangun sekitar 30 tahun lalu.
(WIL)