Novel Angan Senja dan Senyum Pagi diakui Fahd membawa perubahan bagi gaya kepenulisannya. Pria 30 tahun ini mengaku sempat terjebak sebagai penulis yang ingin terlihat pintar di mata pembaca.
 
"Ini buku yang berbeda dari novel saya yang biasanya. Lebih sederhana, santai, lebih enggak berusaha terlihat pintar. Dulu saya terjebak sebagai penulis yang ingin terlihat pintar," ujar Fahd Pahdepie dalam keterangan tertulisnya.
"Ini kalau secara pekerjaan ini novel saya yang paling mekanikal. Tidak melibatkan pengalaman diri sendiri. Saya ingin mengemas suatu cerita kepada pembaca dan tidak ingin berkhotbah," lanjutnya.
Respons terhadap novel Angan Senja dan Senyum Pagi terbilang baik. Novel ini sudah laku lebih dari 1.500 eksemplar saat prajual.
"Yang baca banyak para hijabers," ucap Fahd.
Fahd sejauh ini sudah merilis lebih dari 18 judul buku. Sebelum novel Angan Senja dan Senyum Pagi, dia pernah merilis dua novel kolaborasi fiksi-musikal bersama Bondan Prakoso & Fade2Black yaitu, Hidup Berawal Dari Mimpi (2011) dan Tak Sempurna (2013).
"Menulis adalah proses menyapa pembaca. Kita menyajikan dunia kita kepada pembaca. Angan Senja dan Senyum Pagi ada matematikanya sedikit. Buku ini keluar dari idealisme," katanya.
(ELG)