Mereka meneliti relief yang terpahat di Candi Borobudur dan membuat replika alat musik. Mulai dari membuat komposisi, aransemen, dan membunyikan relief itu dalam metode modern. Merekam belasan komposisi dan melakukan perekaman gambar.
"Kita ingin ini menjadi klaim kebangsaan juga karena peradaban kan ada di tempat kita. Jadi road map-nya nanti klaim itu harus bisa dipersembahkan kepada dunia atas nama kebesaran dan keluhuran peradaban Indonesia abad ketujuh," ucapnya kepada Medcom.id.
Sejumlah manfaat multidimensi dapat diperoleh. Pertama, dalam tataran nasional. Adalah gerakan untuk merekatkan persaudaraan lintas suku atau bangsa, untuk menemukan kembali jati diri bangsa yang kaya wawasan budaya dan bercita-rasa dunia melalui Indonesian Cultural Summit.
Tahap kedua adalah mengaktualisasikan kejayaan peradaban Asia masa lalu di masa kini dan masa depan melalui Asia Cultural Summit. Sedangkan pada tahap ketiga, menghadirkan kembali semangat Bandung, dengan membagikan kekayaan musik lintas budaya ke tataran Asia Afrika.
"Demikian seterusnya diharapkan gerakan SOB dapat berujung pada World Summit yang mencakupi berbagai benua dengan moto, Dengan Musik Merawat Dunia, yang diharapkan dapat secara regular dilaksanakan," paparnya.
"Manfaat yang secara riil dirasakan oleh Indonesia, termasuk masyarakat di sekitar Borobudur, adalah potensi ekonomi berantai ketika Indonesia menjadi bukan saja Pusat Musik Dunia, tetapi juga Pusat Tradisi Dunia," pungkasnya.
(ELG)