Menurutnya, Usmar Ismail merupakan tokoh renaissance Indonesia. Sosok Usmar Ismail pun dinilai hidup ketika arus film mulai membanjiri dunia, yang didominasi dengan kebesaran film Hollywood mulai memudar.
"Zaman Usmar Ismail membuat film itu kan kondisinya juga seperti kita sekarang ini, yang menjadi bagian dari film global. Film Tiga Dara itu feminis sekali," tutur Riri dalam Retrospeksi 100 Tahun Usmar Ismail oleh Kemendikbud.
"Film Lewat Djam Malam itu juga bicara tentang orang yang gagal dalam interaksi sosial di eranya," tambahnya.
Peringatan 100 tahun Usmar Ismail, kata Riri, menjadi momen yang tepat untuk mengingatkan para generasi penerus. Dalam hal ini, sejarah tentang perfilman Indonesia serta penghargaan pada zaman itu, yang menjadi tonggak utama perfilman Tanah Air.
"Kalau kita lihat film Tiga Fara feminis banget, kalau sekarang isu feminisme sangat penting dan kesetaraan. Jadi film Tiga Dara sudah menggambarkan itu," paparnya.
Demikian juga dengan pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yang seirama dengan Riri Riza. Dukungan untuk dijadikannya Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional.
"Kita sudah siap untuk mendukung terhadap usulan tokoh film Indonesia, Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional," tutur Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru, Kemendikbud, Ahmad Mahendra, melalui keterangan pers.
Usmar Ismail sendiri menghiasi kariernya sebagai orang yang memiliki pengaruh besar bagi industri perfilman Indonesia. Ia telah melalang-buana di sejumlah panggung teater dan dunia perfilman.
Pada 30 Maret 1950 untuk pertama kalinya sebuah film diproduksi oleh perusahaan Indonesia dan disutradarai oleh orang Indonesia, yakni Usmar Ismail. Kemudian, pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999, setiap tanggal 30 Maret diperingati sebagai Hari Film Nasional.
(ELG)