Eksem sendiri, dilansir dari Medical News Today, merupakan kondisi inflamasi kulit yang menyebabkan bercak kulit kering, bersisik, gatal yang bisa pecah-pecah. Ini adalah bentuk paling umum dari dermatitis atopik.
Sebuah tinjauan dari bukti terbaik telah menemukan bahwa eksem dikaitkan dengan peningkatan 63 persen kemungkinan mengembangkan depresi atau kecemasan.
Bahkan para peneliti, dari Rumah Sakit Afiliasi Keenam Universitas Kedokteran Kunming di Yuxi, Yunnan, Cina, telah menerbitkan hasil mereka di PLOS ONE.
.jpg)
(Neurodermatitis adalah salah satu jenis eksim yang pemicu utamanya adalah stres. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Mereka berspekulasi bahwa gatal, gangguan tidur, dan isolasi sosial dapat meningkatkan risiko depresi atau kecemasan seseorang.
“Isolasi sosial dan stigmatisasi dapat terjadi karena banyak pasien mengalami dermatitis di area tubuh mereka yang umum seperti wajah, leher, dan tangan,” ujar Beth Goldstein, dokter kulit di Central Dermatology Center. "Hubungan intim juga bisa sangat sulit 'dinavigasi'," tambahnya.
"Sangat penting untuk mengatasi komponen kesehatan mental eksem karena stres dapat menyebabkan kambuh atau memperburuk gejala yang ada," ujar Vivian Shi, MD, dokter kulit di University of Arkansas untuk Ilmu Kedokteran di Little Rock, AR, yang melayani di panel ahli National Eczema Association.
Stres dan kecemasan dapat meningkatkan produksi molekul inflamasi seperti histamin, yang pada gilirannya menyebabkan gatal. Menggaruk kemudian dapat merusak kulit dan memperburuk peradangan. Untuk itu, National Eczema Association merekomendasikan untuk membuat jurnal dan teknik menghilangkan stres seperti berjalan, mindfulness, dan yoga.
(TIN)