"Tahun depan kita akan bangun pabrik bahan peledak di Timor Leste," kata Budi di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa, 12 November 2019.
Sebelumnya, pihak Dahana telah berkunjung dua kali ke Timor Leste untuk membicarakan proyek ini dan rencananya pembicaraan lebih spesifik akan dilakukan dalam waktu dekat di Indonesia.
"Tanggal 13 atau 15 November orang Timur Leste ke sini. Negosiasi," ujar dia.
Selain untuk memperluas bisnis bahan peledak di Timor Leste, pembangunan pabrik ini bertujuan untuk mensuplai kebutuhan bahan peledak di proyek kuari Tibar Bay Port Dili Timor Leste.
Kondisi geografis di Timor Leste terdiri dari lembahan dan pegunungan sehingga untuk membuat pelabuhan yang diproyeksikan menjadi pelabuhan internasional Timor Leste itu dibutuhkan peledak untuk membuat terowongan.
"Karena di sana di Timor Leste banyak gunung dari pada bongkar gunung mending buka terowongan," ungkap dia.
Selain di luar negeri, kata Budi, Dahana juga memperluas produksi bahan peledak di Tanah Air. Budi menambahkan, perusahaan sedang menggarap dua proyek startegis yaitu pabrik amonium nitrat di Kalimantan Timur dan pabrik spherical powder propelan di Subang, Jawa Barat.
Ia menjelaskan, untuk pembangunan pabrik amonium nitrat, Dahana bekerja sama dengan PT Pupuk Kaltim. Nilai investasi pabrik tersebut sekitar Rp1,1 triliun dan diproyeksikan beroperasi pada 2022 mendatang. Pabrik ini ditargetkan dapat memproduksi 75 ribu MT per tahun amonium nitrat dan 60 ribu MT per tahun asam nitrat.
Sementara untuk pabrik spherical powder propelan, perusahaan mentaksir nilai investasi sekitar Rp2,3 triliun. Pendanaan pabrik ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pabrik ini diproyeksikan dapat memproduksi spherical powder propelan 600 ton per tahun dan selesai pembangunan pada 2023.
"Jadi PR Dahana ada dua pabrik amonium nitrat dan pabrik propelan," tukas dia.
(SAW)