Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengakui, kondisi tersebut didukung oleh bahan baku garmen berupa rayon yang diolah dari pulp dapat dihasilkan dari hutan tanaman industri eucalyptus di Indonesia. Selain itu, pelaku usaha garmen nasional telah memiliki modal dan jaringan usaha untuk mengoperasikan industri hulu itu.
"Selain dana yang kuat, perusahaan garmen punya passion yang kuat dan agresif untuk masuk ke hulu. Itu harus kita hargai dengan membantu dan mengawal mereka agar lekas terealisasi memproduksi bahan baku," ujar Saleh saat mengunjungi pabrik garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dan PT Rayon Utama Makmur seperti dalam keterangan tertulisnya, Sukoharjo, Minggu (24/1/2016).
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT). diakui sebagai industri strategis baik dari nilai ekonomi maupun penciptaan tenaga kerja massal. Sampai triwulan III-2015, sektor TPT telah mencatat surplus sebesar USD3,34 miliar dengan nilai ekspor mencapai USD9,27 miliar. Serapan tenaga kerja juga mencapai 1,5 juta orang.
Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto mengungkapkan, saat ini Sritex tengah membangun pabrik rayon yang nantinya menghasilkan benang.
"Progres pabrik Rayon Utama Makmur mencapai 85 persen. Ditargetkan mulai produksi pada Juli-Agustus mendatang dengan begitu ada tambahan total kapasitas jadi 80 ribu ton per tahun," papar dia.
Sementara itu, Presiden Direktur Rayon Utama Makmur, Pramono mengatakan bahwa kedepannya Sritex berencana akan mengembangkan industri terintegrasi di Kalimantan. Perseroan akan membuka Hutan Tanaman Industri untuk memasok bahan baku ke pabrik pulp dan selanjutnya memproduksi rayon dan muaranya menghasilkan benang.
"Proyeksi kapasitas mencapai 80-100 ribu ton per tahun. Ini bakal berkontribusi pada pemerataan industri di luar Jawa dan meningkatkan kualitas SDM," tutup dia.
(SAW)