Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan sejak tahun lalu LPEI memiliki program pendampingan bagi UKM guna merambah pasar global. Salah satunya adalah fasilitas kerja sama UKM dengan marketplace global seperti e-Bay, Amazon, hingga Alibaba.
"Jadi ada platform pelatihan dan pendampingan untuk mereka bisa masuk ke marketplace. E-commerce kan banyak masuk ke Indonesia tapi gelombang UKM kita yang (memasarkan produknya) ke luar kurang. Tahun lalu sudah kita mulai," kata Sinthya, di Kantor Pusat LPEI, Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2019.
Dirinya menambahkan, LPEI memberikan pelatihan untuk bagaimana langkah-langkah UKM menjadi eksportir. Mulai dari pengurusan perizinan, membuat produksi yang baik, packaging, logistik, hingga fasilitasi persyaratan agar UKM bisa masuk ke pasar marketplace.
"Tantangannya adalah untuk kita menjadi eksportir perlu ada biaya yang kompetitif. Kalau yang sangat mikro mereka enggak membutuhkan pembiayaan yang besar. Setelah dapat pesanan baru mereka butuh modal kerja. Yang mereka perlu sebenarnya pendampingan," ungkapnya.
Saat ini baru 15 persen pembiayaan ekspor bagi UKM yang diberikan LPEI dari total keseluruhan pembiayaan. Namun, Sinthya menjelaskan, LPEI bisa memberikan pembiayaan bagi usaha mikro, menengah atau komersial mencapai Rp200 miliar, hanya saja dengan syarat annual sales Rp500 miliar.
Hingga Maret 2019, LPEI telah menyalurkan pembiayaan bagi para eksportir sebesar Rp103,38 triliun atau meningkat 1,45 persen secara tahunan (yoy). Tahun ini LPEI hanya menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar dua persen dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp109,15 triliun.
Rendahnya target pembiayaan LPEI tak lepas dari kinerja ekspor nasional yang belum membaik. Hal ini dipengaruhi oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Meskipun ada peluang Indonesia mengambil manfaat dari perang dagang kedua negara.
(ABD)