Kepala Ekonom The AMRO Sumio Ishikawa mengatakan perkiraan kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 ini dikarenakan langkah-langkah pembatasan mobilitas untuk mengurangi penyebaran covid-19 yang telah menekan aktivitas ekonomi domestik.
"Meskipun demikian, tingkat kontraksi lebih moderat dibandingkan dengan negara lain di kawasan," kata Ishikawa, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 30 Oktober 2020.
Ia menambahkan para pembuat kebijakan di Indonesia segera merespons dengan kalibrasi ulang bauran kebijakan dan paket stimulus besar. Hal ini bertujuan untuk mendukung sektor rumah tangga dan bisnis yang terkena dampak, serta sektor keuangan.
"Sinergi kebijakan yang suportif dan berkelanjutan, bersama dengan perkembangan pesat vaksin covid-19, diharapkan mendukung rebound dalam pertumbuhan menjadi 5,1 persen pada 2021," ungkap dia.
Data baru-baru ini menunjukkan pemulihan bertahap dalam aktivitas ekonomi dari kontraksi pada kuartal II, seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial skala besar. Menyempitnya defisit transaksi berjalan dan berlanjutnya aliran masuk modal, ditambah dengan inflasi yang terkendali, telah mendukung nilai tukar rupiah yang secara umum stabil.
"Posisi eksternal cukup kuat dengan cadangan devisa bruto yang mencapai USD135,2 miliar per September 2020. Selain itu, stabilitas sistem keuangan tetap solid selama pandemi, tercermin dari penyangga modal yang kuat, dan adanya kredit bermasalah," jelas dia.
Sementara itu, disahkannya Omnibus Law Cipta Kerja belum lama ini dinilai merupakan terobosan dalam perbaikan iklim investasi dan kemudahan penciptaan lapangan kerja. Pada akhirnya, upaya ini diharapkan mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional.
"Dengan reformasi regulasi dan debirokratisasi yang masif, undang-undang tersebut bertujuan untuk memberikan kepastian kebijakan bagi semua pemangku kepentingan dan meningkatkan daya saing jangka panjang Indonesia, sehingga mendukung pemulihan ekonomi nasional," pungkasnya.
(ABD)