"Peningkatan tersebut didorong oleh M1 yang tumbuh sebesar 18,5 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 15,8 persen (yoy). Hal tersebut sejalan dengan peningkatan peredaran uang kartal di masyarakat dan giro rupiah," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Jumat, 22 Januari 2021.
Adapun uang kuartal di masyarakat (di luar perbankan dan BI) pada Desember 2020 tercatat sebesar Rp760 triliun atau tumbuh 16,1 persen (yoy). Peningkatan peredaran kartal seiring dengan peningkatan kebutuhan uang tunai saat libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021.
Giro rupiah juga mengalami kenaikan, dari 16,7 persen (yoy) pada November 2020 menjadi 20,3 persen (yoy) seiring dengan tingginya transaksi pada akhir tahun. Sementara itu, dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank kembali mengalami penurunan minus 8,2 persen (yoy), lebih dalam dari bulan sebelumnya yang terkontraksi sebanyak minus 6,5 persen (yoy).
Sementara itu, uang kuasi yang memiliki pangsa 72,8 persen terhadap M2 dengan nilai sebesar Rp5.021,2 triliun, mengalami perlambatan dari 11,1 persen (yoy) menjadi 10,5 persen (yoy). Hal ini disebabkan oleh perlambatan tabungan dan giro valas.
"Pertumbuhan surat berharga selain saham juga terkontraksi lebih dalam menjadi minus 10,6 persen (yoy) dari minus 5,8 persen (yoy) pada November 2020, seiring penurunan surat berharga yang dimiliki korporasi non keuangan dalam rupiah," papar Erwin.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, peningkatan M2 pada Desember 2020 disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih dan kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aktiva luar negeri bersih Desember 2020 sebesar 13,6 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan November 2020 sebesar 10,3 persen (yoy) yang disebabkan oleh peningkatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk seiring dengan peningkatan cadangan devisa.
Di sisi lain, terjadi penurunan kewajiban sistem moneter kepada bukan penduduk berupa simpanan dan pinjaman dalam valuta asing. Tagihan bersih kepada pemerintah pusat juga meningkat, dari 66,5 persen (yoy) menjadi 66,9 persen (yoy) pada Desember 2020.
Erwin menjelaskan peningkatan tagihan bersih tersebut disebabkan oleh kenaikan tagihan kepada pemerintah pusat terutama berupa kepemilikan surat berharga negara (SBN) dalam rupiah.
"Sementara itu, penyaluran kredit pada Desember 2020 terkontraksi lebih dalam menjadi minus 2,7 persen (yoy) dari minus 1,7 persen (yoy) pada November 2020, bersumber dari seluruh jenis kredit," tutup Erwin.
(Des)