Selain itu, proporsi underperforming reksa dana saham aktif juga terbilang cukup besar dalam lima tahun. Besarnya proporsi underperforming ini memberikan tantangan bagi investor untuk memastikan produk pilihannya dapat konsisten memberikan imbal hasil yang lebih baik dari benchmark.
 
"Kami melihat adanya kebutuhan bagi investor untuk berinvestasi pada reksa dana saham pasif. Terkait ini, Syailendra memiliki dua produk reksa dana pasif atau yang juga disebut reksa dana indeks," ucap Presiden Direktur Syailendra Capital Fajar R Hidayat, dalam siaran persnya, Selasa, 27 April 2021.
Pertama adalah Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI). Reksa dana indeks ini mengacu pada indeks MSCI Indonesia Value Index yang berisi saham-saham 'undervalued', tapi akan menjadi 'the rising star' dalam jangka panjang.
Kedua, Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Fund, yaitu reksa dana indeks yang berinvestasi pada saham-saham dengan skor ESG yang baik dan bertujuan untuk memperoleh imbal balik yang menarik dalam jangka panjang.
"Reksa dana tersebut juga termasuk reksa dana indeks ETF, sehingga investor dapat memperdagangkannya kapan saja karena tidak perlu menunggu NAB harian," ungkapnya.
Fajar melanjutkan, reksa dana ini memiliki mandat utama yaitu berinvestasi pada efek saham sesuai dengan bobot indeks yang ingin direplikasi dengan tujuan utamanya adalah untuk memberikan tingkat imbal hasil yang menyerupai indeks acuannya.
"Hal ini berbeda dengan reksa dana aktif. Tujuan utamanya adalah untuk mengalahkan indeks acuan sehingga investor memiliki eksposur risiko yang lebih tinggi terhadap manajer investasi," pungkas dia.
(ABD)