Menurut Zhang, perubahan teknologi telah membawa kemajuan pesat dalam teknologi keuangan yang mengubah lanskap ekonomi dan keuangan. Menyadari peluang dan tantangan potensial yang dibawa fintech, lanjut dia, IMF dan Bank Dunia meluncurkan agenda Bali Fintech pada musim gugur lalu yang menyatukan masalah-masalah utama bagi para pembuat kebijakan.
"Beberapa negara telah mendorong inovasi fintech dan mengeksplorasi tanggapan peraturan secara proaktif, namun ini tidak akan cukup. Ada kebutuhan untuk kerja sama internasional yang lebih besar pada risiko keamanan dunia maya dan pencucian uang," ucap Zhang, seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu, 15 Juni 2019.
"Selain itu terdapat pengembangan kerangka kerja hukum, peraturan dan pengawasan, tentang pembayaran domestik dan lintas-batas dan sistem penyelesaian sekuritas," tambahnya.
Ketua Dewan Bank Lithuania Vitas Vasiliauskas menambahkan pada kesempatan yang sama bahwa prinsip-prinsip yang diabadikan dalam IMF dan agenda Bali Fintech Bank Dunia mengonfirmasi bahwa Lithuania telah mengambil arah yang benar dalam hal inovasi keuangan.
"Kami adalah negara pertama yang mengadopsi praktik terbaik internasional yang muncul, pada saat yang sama berkontribusi pada formulasi mereka. Pendekatan kami pragmatis: mengingat konsentrasi tinggi di sektor keuangan Lituania maka fintech memiliki potensi paling besar untuk memperkuat persaingan dan menawarkan pilihan konsumen yang lebih luas," tuturnya.
"Namun, pengembangan fintech mungkin tidak datang dengan kualitas dan keamanan," tambah Vasiliauskas.
Bank Lithuania telah memberikan otorisasi kepada hampir 120 pemain pasar, seperti crowdfunding dan operator platform pinjaman peer-to-peer, uang elektronik dan lembaga pembayaran, dan bank khusus. Berdasarkan perkiraan awal bank sentral, klaster fintech Lithuania mungkin menyambut hingga 100 peserta baru di tahun ini.
(ABD)