Imbasnya menimbulkan lebih banyak penderitaan pada sektor yang menyumbang 10 persen dari Produk Domestik Bruto (DB) global ini. Apalagi, kebijakan beberapa negara di dunia yang sebelumnya melonggarkan pembatasan dan kembali memperketat kontrol sebagai respons varian covid-19 baru menghancurkan harapan untuk pulihnya perjalanan udara global.
Kini orang yang tiba di Inggris Raya dari 33 negara akan diminta untuk mengisolasi dengan biaya sendiri di hotel karantina selama 10 hari. Kanada menerapkan langkah yang sama pada akhir bulan lalu, dan menangguhkan penerbangan ke Karibia dan Meksiko hingga April. Mereka juga menekan perbatasan daratnya.
"Sementara itu, Pemerintahan Biden kemungkinan mengamanatkan tes covid-19 harus negatif untuk bisa melakukan perjalanan udara domestik AS," kata Sekretaris Transportasi Pete Buttigieg, dilansir dari CNN, Kamis, 18 Februari 2021.
CEO Bandara Heathrow John Holland-Kaye mengatakan langkah-langkah baru yang diambil oleh Inggris pada dasarnya adalah penutupan perbatasan yang pastinya akan menunda pemulihan ekonomi negara dan merusak rantai pasokan Inggris.
Volume penumpang di bandara tersebut, yang pernah menjadi salah satu bandara tersibuk di dunia, turun 89 persen pada Januari dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) berpandangan jika pembatasan perjalanan yang parah masih terjadi maka permintaan penumpang internasional dapat pulih ke hanya 38 persen dari level 2019 di tahun ini. Permintaan pada 2020 sekitar seperempat dari level tahun sebelumnya.
"Dunia lebih terkunci hari ini daripada di titik mana pun dalam 12 bulan terakhir dan penumpang menghadapi serangkaian pembatasan perjalanan yang berubah dengan cepat dan tidak terkoordinasi secara global," pungkas CEO IATA Alexandre de Juniac.
(ABD)