Mengutip Xinhua, Rabu, 2 Desember 2020, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari kehilangan 79 sen menjadi USD44,55 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari turun 46 sen menjadi USD47,42 per barel di London ICE Futures Exchange.
Reaksi pasar negatif datang karena ketidakpastian tentang apakah OPEC+ akan setuju untuk memperpanjang pemotongan produksinya. OPEC dan sekutunya (OPEC+) telah menunda keputusan mereka tentang kebijakan produksi dari Selasa hingga Kamis.
"Menimbang kenaikan harga terbaru sebagian didorong oleh spekulasi, kami yakin risiko pasar minyak menghadapi koreksi harga yang lebih parah jika OPEC gagal mengirimkan sinyal yang meyakinkan bahwa mereka setuju dan bersedia untuk mempertahankan pengurangan produksi," kata Analis Energi Commerzbank Research Eugen Weinberg.
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat ditutup lebih tinggi pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), karena momentum positif berlanjut di Wall Street. Wall Street mampu keluar dari zona negatif di sesi sebelumnya di tengah lonjakan kasus infeksi covid-19.
Indeks Dow Jones Industrial Average meningkat 185,28 poin atau 0,63 persen menjadi 29.823,92. S&P 500 naik 40,82 poin atau 1,13 persen menjadi 3.662,45. Indeks Komposit Nasdaq naik 156,37 poin atau 1,28 persen menjadi 12.355,11. Baik S&P 500 maupun Nasdaq mencatatkan rekor penutupan.
Sebanyak 10 dari 11 S&P 500 utama menguat, dengan sektor layanan komunikasi dan keuangan ditutup masing-masing 1,96 persen dan 1,57 persen, mengungguli yang lain. Sedangkan sektor industrial mundur 0,17 persen, satu-satunya kelompok yang menurun.
Perusahaan Tiongkok yang terdaftar di AS sebagian besar diperdagangkan lebih tinggi, dengan enam dari 10 saham teratas berdasarkan bobot dalam indeks 50 Tiongkok yang terdaftar di S&P AS mengakhiri hari dengan catatan optimistis.
(ABD)