Berdasarkan pantauan Medcom.id, saat perdana listing di BEI, saham perusahaan dengan kode emiten GGRP naik 80 poin dari harga penawaran Rp840 per saham menjadi Rp920 per saham dengan frekuensi transkasi sebanyak empat kali dan volume 140 lot. Untuk sementara, dana yang terhimpun sebanyak Rp12,93 juta.
Direktur Utama Gunung Raja Paksi Alouisius Maseimilian mengatakan dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini akan digunakan untuk pelunasan utang sekitar 99,52 persen dan sisanya digunakan modal kerja.
"Dana IPO ini digunakan 99,52 persen untuk mpelunasan utang dalam rangka aset tetap dan sisanya akan digunakan untuk tambahan modal kerja," kata Alouisius, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis, 19 September 2019.
Menurutnya dengan menjadi perusahaan tercatat di bursa akan memperluas pasar baja Gunung Raja Paksi. Apalagi saat ini pasar baja masih terbatas karena tekanan dari baja impor. "Kapasitas baja domestik belum memenuhi permintaan sehingga Indonesia masih mengimpor baja. Sehingga kami mengambil langkah besar untuk go public," ucap Alouisius.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan akan terus mendorong perusahaan keluarga seperti Gunung Raja Paksi untuk melantai di bursa.
"Perusahaan family yang go public kesempatan mereka naik kelas. Dari aset dan permodalan tidak akan terbatas lagi," kata Nyoman.
Nyoman menuturkan prospek menjadi perusahaan publik akan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan tertutup. "Ada potensi opportunity kerja sama dengan pihak berbagai dunia karena Informasi anda sudah terbuka," pungkas Nyoman.
(ABD)