Direktur Utama Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan tertundanya penyerapan capex tersebut lantaran pandemi covid-19 yang menyebabkan sejumlah proyek ditunda pembangunannya.
"Secara keseluruhan capex sampai 2022 itu secara grup Rp37 triliun. Tapi dengan covid-19 itu kita akan geser mungkin tidak 2022 (tapi) sampai 2023," kata Orias dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, Selasa, 29 September 2020.
Orias merinci untuk capex tahun ini saja, grup menganggarkan Rp12,2 triliun, lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai Rp15 triliun. Adapun angka tersebut dirinci untuk PT Inalum (Persero) sebesar Rp1,07 triliun, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp6,1 triliun, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar Rp5,5 triliun, dan PT Timah Tbk (TINS) sebesar Rp210 miliar.
"Jadi capex tetap jalan memang eksekusi fisik terganggu," ucapnya.
Beberapa proyek yang mengalami penundaan pekerjaan adalah Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang digarap oleh Aneka Tambang. Proyek yang memiliki nilai investasi USD831 juta akan beroperasi pada kuartal pertama 2023.
Selain itu, proyek garapan Aneka Tambang lainnya yang mengalami kemunduran pengerjaan adalah Pabrik Peleburan Feronikel. Semula sudah bisa beroperasi, namun karena tidak adanya pasokan listrik maka mundur hingga tahun depan.
Kemudian, proyek Peningkatan Teknologi Tungku Reduksi yang dikerjakan Inalum juga akan molor dan baru akan beroperasi pada 2022. Nilai investasi proyek ini sebesar USD126 juta.
Lalu, proyek Pembangkit Mulut Tambang milik Bukit Asam baru akan beroperasi pada 2022. Selanjutnya, smelter tembaga yang digarap PT Freeport Indonesia. Proyek itu ditargetkan selesai pada 2023. Saat ini pihak Freeport Indonesia tidak melakukan pengerjaan apapun karena masih menunggu status Gresik untuk pekerja bisa masuk.
(DEV)