Kebijakan ini pun mengundang reaksi dari petani tebu lokal. Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan kebijakan tersebut dikhawatirkan akan membuat gula impor membanjiri Indonesia dan mengancam keberadan gula hasil petani tebu lokal.
"Dampaknya banyak. Kemungkinan terjadi kebocoran di pasar konsumsi akan lebih sulit ditangani," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Kamis, 19 November 2020.
Ia menambahkan dibukanya keran impor gula dikhawatirkan akan membuat gula impor tersebut sulit untuk dikendalikan. Alih-alih untuk kebutuhan industri, petani khawatir gula impor tersebut akan merembes ke pasaran dan menjadi gula konsumsi.
"Dengan 11 Pabrik GKR saja kebocoran tidak bisa tuntas ditangani, lantas berapa jumlah industri makanan minuman yang akan mendapatkan izin impor langsung? Pasti jumlahnya akan lebih banyak. Apakah akan lebih efektif pengawasannya?" lanjutnya.
Dengan kebijakan ini, ia menyebut, gula hasil tebu petani lokal akan semakin sulit bersaing di pasaran. Oleh karena itu, Soemitro berharap agar pemerintah mau membuka komunikasi dengan pelaku usaha yang juga terdampak.
"Ujung korbannya tentu produsen gula yaitu petani tebu. Pemerintah senang sekali bikin aturan bypass, tanpa meminta pendapat semua yang kemungkinan terdampak," tutup dia.
(DEV)