"Catatan kami, nilai ekspor selama lima bulan mencapai USD791,11 juta," ujarnya, dilansir dari Antara, Minggu, 3 Juli 2022.
Suntono mengatakan nilai transaksi ekspor dan impor setiap bulan fluktuatif. Bahkan sebelum pandemi merebak di hampir semua negara transaksi terkadang melonjak dan pada bulan-bulan berikutnya turun cukup banyak.
"Fluktuasi nilai transaksi itu normal. Itu semua tergantung permintaan dari negara tujuan. Kalau produksi naik pasti permintaannya naik dan itu memengaruhi nilai transaksinya," tuturnya.
Dari sekian banyak komoditas ekspor ada lima komoditas yang kontribusi nilainya sangat besar dan memengaruhi nilai transaksi perdagangan. Lima komoditas utama yang menjadi andalan Sulsel yakni nikel, besi dan baja, biji-bijian berminyak, garam, belerang dan kapur, lak, getah dan damar; Ikan dan udang, olahan makanan hewan serta daging dan Ikan olahan.
Baca: Asuransi Jiwa Wanaartha Sedang Bernegosiasi dengan Calon Investor |
Untuk nikel, nilai transaksinya USD472,93 juta, ekspor besi dan baja sebesar USD131,44 juta; biji-bijian berminyak sebesar USD91,67 juta, garam belerang dan kapur sebesar USD34,53 juta, lak, getah dan damar sebesar USD20,41 juta, Ikan dan udang USD15,59 juta, olahan makanan hewan sebesar USD8,76 juta, serta daging dan Ikan olahan sebesar USD6,37 juta.
Sebagian besar ekspor ditujukan ke Jepang, Tiongkok, Taiwan, Filipina, dan Fiji dengan kontribusi ekspor masing-masing sebesar USD119,11 juta, USD61,03 juta, USD3,16 juta, USD1,40 juta, dan USD0,49 juta.
"Ada 10 komoditas yang diekspor itu memberikan nilai transaksi yang cukup besar dan lima di antaranya nikel, biji-bijian berminyak, besi dan baja; garam, belerang dan kapur: serta lak, getah dan damar. Kelima kelompok komoditas ini nilai transaksinya sangat besar," pungkasnya.
(ABD)