"Di Bank Himbara tercatatkan sebesar 6,5 persen sampai dengan 40 persen secara Month to Month (MtM) di bulan Maret lalu," kata Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Yanti Setiawan dalam webinar 'Relaksasi DP 0% sebagai Senjata Utama Peningkatan Kredit', di Jakarta, Rabu, 7 April 2021.
Berdasarkan data tersebut, Yanti menilai kebijakan relaksasi rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/ FTV) untuk KPR efektif dalam memulihkan industri properti dan turunannya. Hal ini juga menjadi sinyal positif untuk perbankan menyalurkan kredit karena permintaannya diperkirakan meningkat.
Namun, Yanti menilai kebijakan relaksasi untuk sektor properti ini tidak serta merta cukup untuk membantu pemulihan ekonomi nasional. Tak semua bank bisa memberikan pelonggaran LTV hingga 100 persen karena BI hanya mengizinkan bank yang memenuhi kriteria kesehatan rasio kredit bermasalah (NPL/NPF) tertentu.
Sementara itu, Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, kebijakan untuk mendorong kredit perbankan yang diluncurkan oleh pemerintah dan otoritas keuangan belum akan berdampak optimal ke perekonomian karena pandemi covid-19 masih ada.
Piter menambahkan, kebijakan DP nol persen tidak bisa dilihat secara parsial melainkan satu paket dengan berbagai kebijakan lain dari pemerintah dan otoritas keuangan. Tujuannya adalah agar bisa berdampak pada pertumbuhan kredit bank khususnya, dan perekonomian secara umum.
"Kebijakan-kebijakan ini harus dilihat dari bagian dari kebijakan pemerintah dan otoritas dalam meningkatkan ketahanan ekonomi kita dalam menghadapi pandemi. Saya mengusulkan kebijakan ini jangan dilakukan dalam jangka pendek, tapi lebih panjang agar bisa memanfaatkan momentum ketika pandemi berakhir nanti," ungkap Piter.
Di lain pihak, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengaku optimistis program relaksasi uang muka nol persen bagi kredit properti yang diterbitkan BI akan disambut baik oleh masyarakat dan meningkatkan kredit. Meski demikian, BTN masih akan selektif dan bertahap untuk menerapkan kebijakan tersebut.
"Kita lihat dulu untuk developer, kita lihat dulu dimana, konsumennya, bagaimana ketentuan inden, bisa cair 90 persen dan lain-lain. Dari sisi pengembang properti, tidak semua jenis properti cocok dengan DP nol persen. Sebab, hanya beberapa jenis properti saat ini lebih prospektif ketimbang lainnya," ujar Mortgage Head BTN Hanafi.
BTN menargetkan KPR subsidi tumbuh antara tujuh sampai sembilan persen pada tahun ini dengan penyaluran hingga 130 ribu unit. Kemudian untuk non subsidi, pertumbuhan kredit ditargetkan bisa sebesar empat hingga lima persen dengan target penyaluran sebanyak 24 ribu unit.
(ABD)