"POD tahun ini, kami harapkan satu atau dua pekan ke depan," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, dalam diskusi virtual, Kamis, 19 November 2020.
Dwi mengatakan pihaknya bersama Reposol sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok tersebut telah melakukan kajian mengenai Internal Rate of Return (IRR). Repsol, kata Dwi, telah menyetujui menggunakan perhitungan yang diatur oleh pemerintah mengenai hitung-hitungan harga gas di wilayah kerja tersebut.
Selama ini kendala POD dikarenakan perhitungan tingkat keekonomian yang berbeda. Repsol ingin agar keekonomian harga gas bisa di atas USD7 per Million British Thermal per Unit (MMBTU). Sementara di Indonesia dengan adanya aturan anyar yang dikeluarkan Kementerian ESDM hanya bisa menjual gas dengan harga maksimal USD6 per MMBTU.
"Kami sudah lakukan kajian dan kami juga ikuti aturan dan regulasi pemerintah untuk menggunakan harga gas domestik dan sudah setujui IRR. Kami sudah submit hasilnya," jelas Dwi.
Sebelumnya konsorsium Repsol, Petronas dan Mitsui Oil Exploration menemukan cadangan gas di Sumur Kalibereu Dalam 2X (KBD2X) Blok Sakakemang sebesar dua triliun kaki kubik (TCF). Blok migas ini termasuk dalam area giant discovery dan merupakan temuan cadangan gas terbesar keempat di dunia sepanjang 2018-2019.
Repsol berencana mengebor sumur kedua di Blok Sakakemang. Repsol dan mitra kerjanya berharap dapat mencapai gas pertama dalam waktu tiga tahun. Target itu jauh lebih cepat dari proyek serupa yang sudah pernah dikerjakan sebelumnya. Dengan perkiraan sumber daya dua TCF, lapangan menghasilkan gas 300 MMSCFD untuk sekitar 15 tahun pada 2024 atau 2025.
(ABD)