PET yang biasanya digunakan sebagai kemasan botol air dan galon sekali pakai dengan tampilan bersih dan jernih, merupakan jenis plastik yang paling mudah didaur ulang, punya nilai ekonomis tinggi bagi pengepul sampah.
"Tolong dipilah. Jangan sampai sampah plastik tercampur dengan sampah rumah tangga organik lainnya, karena jika tidak dipilah dengan baik maka para pemulung akan kesulitan dan membutuhkan waktu lama dalam menyortir sampah plastik," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) IPI Asan Bakrie.
Asan menjamin pengolahan sampah akan lebih bermanfaat jika setiap masyarakat bisa ikut berperan dalam memilah sampahnya di rumah, karena sampai saat ini kesadaran masyarakat untuk memilah sampah dinilai masih kurang.
Kebiasaan mencampur sampah semakin tinggi setelah adanya kebijakan pengurangan sampah plastik. Aturan ini memang sudah diterapkan di beberapa kota. DKI Jakarta dan Bogor, misalnya. Semua toko ritel tidak menyediakan kantong plastik untuk membawa belanjaan konsumen. Masyarakat didorong membawa kantong belanjaan sendiri.
Akibat peniadaan kantong plastik di pusat perbelanjaan, stok kantong plastik masyarakat di rumah semakin menipis. Biasanya, kantong plastik tersebut dijadikan pembungkus sampah rumah tangga. Dampaknya, orang menjadi semakin enggan memisahkan antara sampah plastik dan organik. Mereka merasa repot jika harus memilah antara sampah plastik dan organik, atau juga merasa jijik.
"Dahulu sebelum ada pelarangan, pemisahan antara sampah plastik dan sampah organik lebih mudah . Sekarang setelah ada larangan, menjadi tercampur antara sampah organik dan non-organik," tutur Asan.
Asan menilai diperlukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran pentingnya memilah sampah. Edukasi perlu dimulai dari tingkat bawah, mulai dari RT, RW, hingga kecamatan.
"Edukasi dari level bawah tersebut lebih didengar oleh ibu rumah tangga, sehingga pemulung lebih mudah untuk mengambil sampah yang tidak tercampur dengan organik dan non-organik," ujar Asan.
(ROS)