Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan diskusi yang dilakukan tersebut memang memakan waktu yang sangat panjang. Ia berharap agar peralihan tersebut bisa selesai di akhir 2020, sehingga nantinya kontraktor baru bisa mengajukan revisi proposal rencana pengembangan (POD) proyek tersebut.
"Harapannya proses administrasi rampung akhir tahun sehingga tahun depan ada perubahan proposal POD," kata Dwi dalam diskusi virtual, Kamis, 19 November 2020.
Dwi mengatakan apabila Eni nantinya mengambil alih wilayah kerja IDD maka akan lebih baik. Sebab akan bisa terintegrasi dengan fasilitas migas yang dikelola Eni di Blok Muara Bakau dan juga lapangan migas Marrakesh di Blok Sepinggan. Integrasi ini tentunya akan menciptakan biaya yang lebih efisien.
"Kami percaya jika alih kelola oleh Eni akan lebih baik dan efisien karena Eni sudah memiliki fasilitas untuk diintegrasikan dengan IDD," ujar Dwi.
Proyek IDD merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi fokus perhatian pemerintah untuk dapat segera diwujudkan. Oleh karenanya, pembahasan lanjutan antara Wakil Negara RI dan manajemen tertinggi Chevron ini perlu dilakukan untuk dapat memastikan penanganan proyek IDD sesuai harapan tersebut.
Dari data SKK Migas, proyek IDD bisa berproduksi hingga 1.120 juta kaki kubik per hari atau Million Standard Cubic Feet per Day (MMscfd) gas dan minyak 40 ribu barel per hari (bph). Proyek ini sedianya akan beroperasi pada kuartal I-2024.
(SAW)