"Lulusan S1 ada kekurangan 97 ribu orang. Lulusan D3 (kekurangan) 188 ribu orang untuk bidang-bidang kerja di situ," kata Luhut dalam program Economic Challenges Metro TV bertajuk ‘Hilirisasi Menggaet Investasi,’ Senin, 27 Juli 2020.
Luhut mengatakan Indonesia membutuhkan tenaga terampil dalam negeri. Namun, upaya hilirisasi nikel mulai berjalan.
Solusinya, kata Luhut, Indonesia menerima tenaga kerja asing (TKA) untuk sementara. Kehadiran mereka untuk mentransfer teknologi dan ilmu pengetahuan.
Keberadaan TKA tersebut diberi tenggat waktu seperti enam bulan. Sehingga target transfer teknologi dan ilmu pengetahuan segera terealisasi.
Baca: Hilirisasi Nikel Jadikan Indonesia Pemain Utama Baterai Lithium
Luhut membantah anggapan pemerintah mementingkan TKA. Kehadiran TKA dipastikan hanya untuk kerja sama tahap awal.
"Jangan berburuk sangka pemerintah tidak memperhatikan (tenaga kerja dalam negeri). Sangat memperhatikan," kata dia.
Luhut menyebut pemberdayaan tenaga kerja dalam negeri juga dilakukan pemerintah. Setiap industri tambang yang hendak dibangun wajib menyediakan fasilitas pelatihan politeknik.
"Untuk mengganti tenaga-tenaga kerja asing yang selama ini masih kerja," ujar dia.
Luhut menjelaskan nantinya para pelajar akan dibimbing langsung oleh para pakar. Pengajar bisa berasal dari Universitas Indonesia maupun Institut Teknologi Bandung (ITB),
"Kurikulumnya bagus dan langsung praktik di industrinya sehingga kualitas lulusannya betul-betul baik," tegas Luhut.
(JMS)