Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus dengan AS terjadi setelah ekspor Indonesia tercatat sebesar USD1,6 miliar. Sedangkan impor ke Negeri Paman Sam tersebut sebesar USD566,9 juta.
"Di sana yang membuat surplus barang-barangnya adalah pakaian dan aksesoris, terutama rajutan, bukan rajutan. Satu lagi mesin dan perlengkapan elektrik," kata dia dalam video conference di Jakarta, Selasa, 18 Agustus 2020.
Selain AS, neraca dagang Indonesia tercatat mengalami surplus dengan India sebesar USD466,9 juta, karena ekspor USD800,4 juta dan impor USD333,5 juta. Dengan Filipina, neraca perdagangan Indonesia juga surplus USD460,4 juta, karena ekspor USD490,6 juta dan impor hanya USD30,2 juta.
"Dengan India, barang utama yang membuat surplus lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, dan produk kimia. Sedangkan Filipina surplus karena bahan baku mineral, kendaraan dan bagiannya, serta berbagai makanan dan olahan," ungkapnya.
Meski begitu, neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami defisit USD694,9 juta dengan Tiongkok, setelah ekspor USD2,52 juta dan impor USD3,22 juta. Defisit juga terjadi dengan Brasil sebesar USD138,3 juta dan dengan Korea Selatan sebesar USD114,2 juta.
"Dengan Tiongkok, Juli 2020 kita mengalami defisit USD694,9 juta, di mana barang utama yang membuat defisit adalah mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan perlengkapan mekanik, dan plastik dan barang dari plastik," pungkasnya.
(Des)