Makassar: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan Suntono menyebutkan nilai transaksi berbagai komoditi unggulan dari Januari hingga April 2022 mencapai USD600,4 juta.
"Pencatatan kami, jumlah atau nilai transaksi ekspor selama empat bulan mencapai USD600,4 juta," ujarnya di Makassar, dikutip Minggu, 5 Juni 2022.
Suntono mengatakan nilai transaksi ekspor dan impor setiap bulan fluktuatif. Bahkan sebelum pandemi merebak di hampir semua negara, transaksi terkadang melonjak dan pada bulan-bulan berikutnya turun cukup banyak.
"Fluktuasi nilai transaksi itu normal. Itu semua tergantung permintaan dari negara tujuan, kalau produksi naik pasti permintaannya naik dan itu memengaruhi nilai transaksinya," katanya.
Suntono mengatakan dari sekian banyak komoditas ekspor, ada lima komoditas yang kontribusi nilainya sangat besar dan memengaruhi nilai transaksi perdagangan.
Lima komoditas utama yang menjadi andalan Sulsel yakni nikel; besi dan baja; biji-bijian berminyak; garam, belerang, dan kapur; lak, getah, dan damar; ikan dan udang; olahan makanan hewan; serta daging dan ikan olahan.
Untuk nikel, nilai transaksinya sebesar USD358,29 juta; besi dan baja sebesar USD101,22 juta; biji-bijian berminyak USD68,99 juta; garam belerang dan kapur USD28,84 juta; lak, getah, dan damar USD15,50 juta; ikan dan udang USD12,36 juta; olahan makanan hewan sebesar USD6,52 juta; serta daging dan ikan olahan sebesar USD5,27 juta.
Sebagian besar ekspor ditujukan ke Jepang, Tiongkok, India, Taiwan, Bangladesh, Timor Leste, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand.
"Ada 10 komoditas yang diekspor itu memberikan nilai transaksi yang cukup besar dan lima diantaranya nikel, biji-bijian berminyak, besi dan baja; garam, belerang dan kapur: serta lak, getah dan damar. Kelima komoditi ini nilai transaksinya sangat besar," ucapnya.
"Pencatatan kami, jumlah atau nilai transaksi ekspor selama empat bulan mencapai USD600,4 juta," ujarnya di Makassar, dikutip Minggu, 5 Juni 2022.
Suntono mengatakan nilai transaksi ekspor dan impor setiap bulan fluktuatif. Bahkan sebelum pandemi merebak di hampir semua negara, transaksi terkadang melonjak dan pada bulan-bulan berikutnya turun cukup banyak.
"Fluktuasi nilai transaksi itu normal. Itu semua tergantung permintaan dari negara tujuan, kalau produksi naik pasti permintaannya naik dan itu memengaruhi nilai transaksinya," katanya.
Suntono mengatakan dari sekian banyak komoditas ekspor, ada lima komoditas yang kontribusi nilainya sangat besar dan memengaruhi nilai transaksi perdagangan.
Lima komoditas utama yang menjadi andalan Sulsel yakni nikel; besi dan baja; biji-bijian berminyak; garam, belerang, dan kapur; lak, getah, dan damar; ikan dan udang; olahan makanan hewan; serta daging dan ikan olahan.
Untuk nikel, nilai transaksinya sebesar USD358,29 juta; besi dan baja sebesar USD101,22 juta; biji-bijian berminyak USD68,99 juta; garam belerang dan kapur USD28,84 juta; lak, getah, dan damar USD15,50 juta; ikan dan udang USD12,36 juta; olahan makanan hewan sebesar USD6,52 juta; serta daging dan ikan olahan sebesar USD5,27 juta.
Sebagian besar ekspor ditujukan ke Jepang, Tiongkok, India, Taiwan, Bangladesh, Timor Leste, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand.
"Ada 10 komoditas yang diekspor itu memberikan nilai transaksi yang cukup besar dan lima diantaranya nikel, biji-bijian berminyak, besi dan baja; garam, belerang dan kapur: serta lak, getah dan damar. Kelima komoditi ini nilai transaksinya sangat besar," ucapnya.
(HUS)