Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia pada periode Agustus 2020 mengalami peningkatan sebanyak 2,67 juta orang. Angka penambahan tersebut membuat jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,77 juta orang.
Pun demikian dengan jumlah penduduk miskin yang pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,28 juta orang terhadap Maret 2019. Jumlah itu setara 9,78 persen dari total penduduk, dan meningkat 0,37 persen poin terhadap Maret tahun sebelumnya.
"Oleh karena itu maka pemerintah melakukan respons tiga hal sekaligus. Pertama kesehatan ditangani, kedua perlindungan sosial, dan ketiga stimulus ekonomi yang berfokus pada sektor UMKM dan informal," ujar Yustinus dalam acara Polemik Trijaya tentang Efek Resesi di Tengah Pandemi, Sabtu, 7 November 2020.
Sementara itu, lanjutnya, untuk menjaga daya beli masyarakat agar tidak turun terlalu dalam, pemerintah memberikan beragam bantuan sosial (bansos). Hingga saat ini sejumlah bansos yang disalurkan sudah menjangkau 40 persen total penduduk dengan alokasi Rp230 triliun di 2020.
"Untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga ada dukungannya. Ini related dengan survei Kompas pagi hari ini yang dirilis. Kuncinya, ada di kelas menengah atas," sebut dia.
Ketika ekonomi dan Pembatasan Sosial Berskala Besar mulai dilonggarkan, maka aktivitas akan bergeliat kembali. Dengan itu diharapkan dapat menciptakan dampak positif bagi upaya penciptaan lapangan kerja baru.
Pemerintah pun optimistis dengan semakin percaya dirinya kelompok menengah atas untuk meningkatkan konsumsi dan sektor pariwisata mulai menggeliat, maka perekonomian domestik berangsur-angsur akan tumbuh. Dengan begitu, aktivitas ekonomi nasional tidak lagi mengandalkan stimulus dari pemerintah.
"Harapannya itu. Plus menurut kami, Undang-Undang (UU) Cipta Kerja diharapkan juga menjadi bantalan yang akan memperkuat upaya-upaya pemerintah dalam menciptakan peningkatan lapangan kerja," pungkas Yustinus.
(Des)