Adapun empon-empon yang memiliki nama dasar empu merupakan istilah yang digunakan untuk memberi nama bagian tanaman yang kaya akan senyawa yang dikandungnya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan empon-empon khas Indonesia seperti temulawak, kunyit, dan jahe merah beberapa hari terakhir terus diburu masyarakat. Kondisi ini dinilai positif dan potensi bagi pelaku UKM yang fokus di bisnis herbal.
"UKM terdampak positif sebenarnya, sekarang produk herbal apalagi yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan seperti jahe merah dan minuman berbasis herbal itu permintaan pasar meningkat," kata Teten, ditemui di Gedung Smesco Indonesia, Jakarta Selatan, Senin, 9 Maret 2020.
Pemahaman masyarakat yang makin peduli dengan rempah lantaran tinggi kandungan antioksidan untuk memperkuat sistem imunitas tubuh terhadap virus dan bakteri secara umum. Kondisi ini, membuat produk hasil olahan empon-empon cukup sulit di pasaran serta diiringi harga bahan baku yang ikut melonjak.
Teten menuturkan bahwa sumber bahan baku minuman herbal di Tanah Air sangat melimpah yang bisa ditanam dari Sabang sampai Merauke. Hanya saja, kata dia, pengelolaan yang belum maksimal membuat empon-empon hasil panen petani di berbagai daerah belum bisa langsung masuk ke pasar kota besar.
"Saya kira karena belum terhubung semua peroduk-produk pertanian dengan proses di industri makanan dan minuman di UMKM ini," paparnya.
Potensi empon-empon untuk menjaga kesehatan tubuh ini perlu mendapat penguatan mulai produksi hingga pemasaran. Teten mengaku bahwa adanya warga di Indonesia yang positif covid-19 ini merupakan waktu yang tepat untuk membenahi rantai pasok produk herbal.
"Masih banyak saya dengar di daerah lain itu jahe harganya masih rendah atau herbal yang lain. Ini momentum sekarang untuk konsolidasi dari produsen di hulu dan para petani herbal," pungkasnya.
(ABD)