Jeli melihat peluang
Ia mengakui saat kasus pertama covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo awal Maret lalu, kondisi pun seketika berubah. Bahkan berimbas pada usaha konveksi yang dijalani Asih. Ribuan pesanan yang sudah siap kirim mendadak dibatalkan oleh konsumen. Namun ia percaya, selalu ada harapan di tengah ketidakpastian.Asih pun melihat peluang bisnis saat awal pandemi. Pasokan Alat Pelindung Diri (APD), baju hazmat, dan masker kain yang minim bagai oase di padang pasir. Dia pun terinspirasi dan berinsiatif membuat masker kain dan merancang baju hazmat bagi kebutuhan tenaga kesehatan.
"Alhamdulillah banyak sekali pesanan baju hazmat seperti dari Baznas 15 ribu, Pertamina pesan 5.000, Dompet Dhuafa pesan 5.000, Wisma Atlet Jakarta juga 5.000 baju hazmat," ucapnya.

Usaha konveksi milik Asih. Foto: dok pribadi
Ketika ketersediaan baju hazmat sudah tercukupi, Asih kembali berinovasi dengan membuat produk-produk kerajinan tangan jenis apapun serta masker sesuai kebutuhan konsumen. Ia juga semakin menggeluti tas kulit dengan inisial AW.
"Masker kain masih tetap memproduksi, hazmat juga masih ada meski tidak sebanyak dulu. Kami juga memproduksi aksesoris untuk sepeda yang saat ini sedang tren, termasuk masker khusus untuk pesepeda," imbuhnya.
Asih bersyukur melalui binaan dari Pertamina usahanya semakin maju. Sebab selain pinjaman lunak yang diberikan melalui program kemitraan, perusahaan migas pelat merah itu juga membantu pemasaran dan menjadikan produk pernak-perniknya menjadi rujukan dan salah satu kerajinan yang direkomendasikan.
"Alhamdulillah, pesanan juga semakin banyak. Pertamina juga sudah banyak membantu, baik pemasaran maupun peningkatan kemampuan, seperti pelatihan digital marketing beberapa waktu lalu," ujarnya.