Keuntungan pertama dari perjanjian itu, dikatakan Jerry adalah perluasan pasar. Selain memanfaatkan pasar Mozambik itu sendiri, Mozambik juga bisa menjadi pintu masuk bagi pasar produk Indonesia di kawasan Afrika bagian selatan dan tengah.
Adapun Mozambik mempunyai penduduk sekitar 30,37 juta jiwa. Mozambik juga terus berkembang secara ekonomi dan didukung kondisi politik yang relatif stabil.
"Peluang pasarnya besar sekali. Bukan hanya di Mozambik itu sendiri, tetapi diharapkan akan meluas juga ke negara-negara di sekitarnya. Jadi, ini semacam pintu masuk. Jika memungkinkan, di masa yang akan datang kita juga bisa membuka perjanjian dengan negara sekitar Mozambik," ungkap Jerry melalui keterangan tertulis yang dikutip Medcom.id, Kamis, 18 Februari 2021.
Keuntungan kedua, menurut Jerry, adalah memperluas kemungkinan untuk mendapatkan bahan baku industri. Dalam industri pemintalan dan tekstil, misalnya, Indonesia bisa memanfaatkan pasokan kapas dari Mozambik. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi hanya bergantung pada pasokan kapas dari negara-negara pemasok tradisional seperti Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat.
Jerry menilai negara-negara pemasok bahan baku alternatif ini juga merupakan bagian penting strategi perdagangan dan ekonomi Indonesia.
"Intinya, dalam perdagangan perlu ada keseimbangan hubungan. Jangan sampai kita terlalu bergantung, baik dari segi pasar maupun pemasok bahan baku. Akan sangat baik jika dalam perdagangan internasional makin terbuka, sehingga fair trade sebagai bagian dari free trade akan terwujud," paparnya.
Bandung dipilih menjadi salah satu tempat sosialisasi karena potensi kota tersebut dengan banyaknya industri farmasi, tekstil, alas kaki, dan industri kreatif lainnya. Jerry berharap para pengusaha, termasuk yang beroperasi di Bandung memanfaatkan secara optimal Indonesia-Mozambique PTA.
Untuk 2020, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan nonmigas sebesar USD48,57juta terhadap Mozambik. Ekspor nonmigas Indonesia ke Mozambik tercatat sebesar USD 58,91 juta dan impor Indonesia dari Mozambik sebesar USD10,34 juta.
Total perdagangan nonmigas Indonesia dan Mozambik pada 2020 tercatat sebesar USD69,26 juta dengan tren 15,97 persen selama lima tahun terakhir (2016–2020).
Produk utama ekspor Indonesia ke Mozambik selama ini didominasi oleh produk kelapa sawit, asam lemak, sabun, dan kertas. Di masa yang akan datang diharapkan makin banyak diversifikasi produk Indonesia ke Mozambik.
Beberapa jenis komoditasyang disasar adalah produk farmasi, alas kaki, furnitur, dan otomotif. Untuk produk farmasi misalnya, Indonesia menikmati keuntungan bea masuk yang sebelumnya 40 persen menjadi 0 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Moga Simatupang memaparkan berbagai keuntungan dan peluang yang bisa dimanfaatkan dari Indonesia-Mozambique PTA.
Menggarap pasar seperti di Afrika ini, menurut Moga, sangat penting mengingat share ekspor Indonesia ke Afrika baru 2,1 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia. Banyak negara di Afrika juga terus berkembang dan kondisi politiknya makin baik.
Artinya, jika pasar ini digarap serius, akan berkontribusi sangat besar bagi kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Dalam acara sosialisasi tersebut, turut hadir perwakilan anggota Komisi VI DPR RI yaitu Herman Khaeron dan Mukhtarudin. Keduanya mengapresiasi ditandatanganinya Indonesia-Mozambique PTA dan berkomitmen untuk menyelesaikan pembahasan di DPR sehingga PTA tersebut dapat segera diratifikasi.
Senada dengan Jerry, anggota Dewan juga melihat pasar Afrika sebagai pasar baru yang sangat potensial, dan lewat Mozambik inilah akses pasar ke Afrika berpeluang terbuka lebar.
(DEV)