Upaya restrukturisasi harus dilakukan juga lantaran Garuda Indonesia terbelit utang fantastis yakni mencapai Rp70 triliun. Jumlah itu muncul karena ada peningkatan lebih dari Rp1 triliun setiap bulan karena Garuda terus menunda pembayaran kepada pemasok. Tak hanya itu, perusahaan tercatat memiliki arus kas dan ekuitas yang negatif Rp41 triliun.
 
"Kami memiliki 142 pesawat dan perhitungan awal kami agar pemulihan ini telah berjalan kami akan beroperasi dengan jumlah pesawat tak lebih dari 70 unit," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, belum lama ini.
Berdasarkan catatan, Garuda Indonesia hanya mengoperasikan 41 unit pesawat dan tidak dapat menambah jumlah penerbangan pesawat, karena belum melakukan pembayaran kepada lessor atau perusahaan leasing selama berbulan-bulan. Sedangkan volume penumpang grup Garuda pun dikabarkan anjlok 66 persen pada tahun lalu, karena adanya pembatasan wilayah.
Grup maskapai Garuda Indonesia diketahui memiliki 15.368 karyawan dan mengoperasikan 210 pesawat pada September 2020 lalu. Kondisi kesehatan keuangan yang memburuk itu pada akhirnya sempat membuat saham Garuda terjun tujuh persen pada Senin pagi, 24 Mei 2021. Pelemahan saham tersebut berada pada level terendah sejak 1 Februari lalu.
Meski diterpa badai besar, sang nakhoda utama, Irfan Setiaputra masih enggan berbicara rinci mengenai rencana pemangkasan armada pesawat Garuda. Dirinya lebih fokus pada penawaran program pensiun dini bagi karyawan perseroan.
"Saya dan tim ingin fokus ke urusan pensiun dini. Ini yang sangat penting diputuskan oleh setiap pegawai untuk ikut atau tidak," kata Irfan.
Kembali tawarkan pensiun dini
Tak ditampik, Irfan terus melakukan berbagai macam cara guna menyelamatkan Garuda Indonesia yang salah satunya pensiun dini. Pensiun dini digulirkan kembali dan saat ini perseroan tengah dalam tahap awal menawarkan program pensiun bagi karyawan yang memenuhi kriteria dan persyaratan.

Ilustrasi awak kabin maskapai Garuda Indonesia. FOTO: Antara/Ismar Patrizki
Langkah tersebut diambil guna menjadikan Garuda Indonesia sebagai perusahaan yang lebih sehat serta adaptif di era kenormalan baru. Keputusan itu dilakukan mengutip situasi pandemi yang masih terus berlangsung dan mengharuskan Garuda melakukan langkah penyesuaian aspek suplai dan permintaan di tengah penurunan kinerja operasi.
Hal ini merupakan imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan. "Perlu kiranya kami sampaikan bahwa program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria," kata Irfan.
Irfan mengaku kebijakan tersebut menjadi penawaran terbaik yang dapat diupayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi saat ini. Garuda Indonesia memastikan seluruh hak pegawai yang akan mengambil program tersebut akan dipenuhi sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku serta kebijakan perjanjian kerja yang disepakati.